CNG.online: - Kabul Fakta
Pertahanan Atlantik Utara (NATO) secara resmi mengakhiri perangnya di
Afghanistan, Minggu (28/12). Hal itu ditandai dengan menggelar upacara
sederhana di Kabul setelah konflik 13 tahun yang mengakibatkan negara tersebut
berada dalam cengkeraman kekerasan pemberontak.
Kegiatan itu diatur secara rahasia karena adanya ancaman
serangan dari Taliban di ibu kota Afghanistan, yang sudah beberapa kali dilanda
aksi bom bunuh diri dan serangan senjata selama beberapa tahun terakhir.
“Kami secara bersama-sama membawa rakyat Afghanistan
keluar dari kegelapan rasa putus asa dan memberi mereka harapan untuk masa
depan,” ujar Komandan NATO Jenderal Amerika Serikat (AS) John Campbell kepada
para tentara yang berkumpul. “Kalian telah membuat Afghanistan lebih kuat dan
negara kita lebih aman," dia menambahkan.
Pada 1 Januari, misi perang Pasukan Bantuan Keamanan
Internasional (ISAF) yang dipimpin oleh Amerika Serikat, di mana terdapat 3.485
tentara tewas sejak 2001, akan digantikan oleh misi pelatihan dan bantuan NATO.
Sekitar 12.500 tentara asing yang menetap di Afghanistan
tidak akan terlibat dalam pertempuran langsung, tapi akan membantu tentara
Afghanistan dan polisi dalam memerangi Taliban, yang telah berkuasa sejak 1996
hingga 2001.
Pada 2011, ada sekitar 130.000 tentara dari 50 negara
yang merupakan bagian dari aliansi militer NATO.
Upacara yang dilaksanakan itu sudah menyelesaikan
penyerahan tanggungjawab secara bertahap kepada 350.000 pasukan kuat
Afghanistan, yang bertanggungjawab terhadap keamanan nasional sejak pertengahan
tahun lalu.
Tapi pertumpahan darah yang terjadi baru-baru ini telah
merusak klaim bahwa pemberontakan sudah melemah. Hal itu juga menimbulkan
kekhawatiran bahwa intervensi internasional telah gagal karena pasukan
Afghanistan berhadapan dengan kekerasan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mengatakan bahwa
jumlah korban sipil pada 2014 mencapai rekor tertinggi atau melonjak 19 persen,
di mana ada 3.188 warga sipil yang tewas di akhir November.
Polisi dan tentara Afghanistan juga menjadi korban.
Jumlah korban tewas mencapai lebih dari 4.600 jiwa dalam 10 bulan pertama
di 2014 atau jauh lebih tinggi dari total korban tewas ISAF sejak 2001.
“Misi AS (Amerika Serikat) dan NATO merupakan
sebuah kegagalan mutlak saat pertunjukan upacara hari ini. Mereka melarikan
diri dari Afghanistan," kata juru bicara kelompok Taliban Zabihullah
Mujahid kepada AFP. "Mereka belum
mencapai tujuan-tujuan mereka untuk mengalahkan kaum mujahidin Afghanistan,
tapi mereka mempertahankan sejumlah pasukan di sini untuk mencapai tujuan keji
mereka,” dia menambahkan. NATO Akhiri
Perang di Afghanistan, Pemberontakan Tetap Memanas.
No comments:
Post a Comment