CNG.online: - Medan Batu akik jenis solar super (indocrase) asal Gayo Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, bukan hanya diminati pencinta batu di dalam negeri, tetapi juga wisatawan Malaysia.
"Batu biosolar tersebut saat ini menjadi primadona dan banyak diburu kolektor di tanah air," kata seorang penjual batu asal Gayo Takengon, Iwan (35) di Pameran Terbesar Batu Mulia, Grand Palladium, Medan, Sabtu.
Pameran tersebut dilaksanakan Asosiasi Pencinta Batu Permata Sumatera Utara (APBPSU) berlangsung 22 sampai 25 Januari 2015, diikuti 73 stand dari berbagai provinsi dan 800 peserta kompetisi permata.
Iwan menyebutkan, batu giok solar dan lumut Aceh saat ini sudah dikenal di pasar Asia, dan bahkan dunia, serta tidak kalah dengan giok dari Tiongkok.
Setelah ditemukannya giok dan lumut Aceh ini, pencinta batu di Indonesia sudah banyak beralih ke permata ini, karena memiliki warna hijau kristal yang sangat tajam.
"Batu giok Aceh ini sangat jauh berbeda kualitasnya bila dibandingkan dengan giok dari Tiongkok, sehingga tidak heran para penggemar batu permata itu mencarinya ke Takengon," ujar putra Gayo itu.
Dia menjelaskan, batu giok solar dan lumut Aceh yang kristal ada yang berharga cukup bervariasi mulai Rp5 juta hingga Rp50 juta per buah.
"Ini jelas tergantung pada jenis batu, kualitas, ketajaman warna, dan ukuran dari permata tersebut. Ada juga harganya yang tidak terlalu mahal dan biasa dijual di pasaran," katanya.
Iwan menambahkan, batu giok solar dan lumut Aceh ini tidak kalah dari batu kristal yang sudah populer, yakni batu Bacan Doko dari Maluku dan batu Sungai Dareh dari Sumatera Barat.
"Jadi, batu giok solar dan Lumut Aceh, saat ini masih tetap diminati di dalam dan luar negeri, dan termasuk salah satu yang terindah di dunia. Kualitas batu jenis permata ini harus tetap dipertahankan," katanya.
Sementara, pameran batu akik dan permata di Grand Palladium Medan antara lain menampilkan batu giok biosolar dan lumut Aceh, batu bacan doko dan palamea dari Maluku, batu pancawarna dari Jawa Tengah, batu lavender (cubung asih), spiritus biru langit, cubung wulung dan biduri laut dari Baturaja, Sumatera Selatan, permata sankis, cempaka madu kristal dari Bengkulu.
"Batu biosolar tersebut saat ini menjadi primadona dan banyak diburu kolektor di tanah air," kata seorang penjual batu asal Gayo Takengon, Iwan (35) di Pameran Terbesar Batu Mulia, Grand Palladium, Medan, Sabtu.
Pameran tersebut dilaksanakan Asosiasi Pencinta Batu Permata Sumatera Utara (APBPSU) berlangsung 22 sampai 25 Januari 2015, diikuti 73 stand dari berbagai provinsi dan 800 peserta kompetisi permata.
Iwan menyebutkan, batu giok solar dan lumut Aceh saat ini sudah dikenal di pasar Asia, dan bahkan dunia, serta tidak kalah dengan giok dari Tiongkok.
Setelah ditemukannya giok dan lumut Aceh ini, pencinta batu di Indonesia sudah banyak beralih ke permata ini, karena memiliki warna hijau kristal yang sangat tajam.
"Batu giok Aceh ini sangat jauh berbeda kualitasnya bila dibandingkan dengan giok dari Tiongkok, sehingga tidak heran para penggemar batu permata itu mencarinya ke Takengon," ujar putra Gayo itu.
Dia menjelaskan, batu giok solar dan lumut Aceh yang kristal ada yang berharga cukup bervariasi mulai Rp5 juta hingga Rp50 juta per buah.
"Ini jelas tergantung pada jenis batu, kualitas, ketajaman warna, dan ukuran dari permata tersebut. Ada juga harganya yang tidak terlalu mahal dan biasa dijual di pasaran," katanya.
Iwan menambahkan, batu giok solar dan lumut Aceh ini tidak kalah dari batu kristal yang sudah populer, yakni batu Bacan Doko dari Maluku dan batu Sungai Dareh dari Sumatera Barat.
"Jadi, batu giok solar dan Lumut Aceh, saat ini masih tetap diminati di dalam dan luar negeri, dan termasuk salah satu yang terindah di dunia. Kualitas batu jenis permata ini harus tetap dipertahankan," katanya.
Sementara, pameran batu akik dan permata di Grand Palladium Medan antara lain menampilkan batu giok biosolar dan lumut Aceh, batu bacan doko dan palamea dari Maluku, batu pancawarna dari Jawa Tengah, batu lavender (cubung asih), spiritus biru langit, cubung wulung dan biduri laut dari Baturaja, Sumatera Selatan, permata sankis, cempaka madu kristal dari Bengkulu.
No comments:
Post a Comment