CNG.online - Mendaratnya robot Philae di Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko
menjadi sejarah baru bagi penelitian luar angkasa. Penelitian selama 10 tahun,
berdana US$1,62 miliar seolah terbayarkan. Komet seluas sekitar 2,5 mil
atau 4 kilometer ini akan dijelajahi oleh Philae untuk mendapatkan gambaran
informasi mengenai asal usul tata surya pada komet tersebut yang sudah berusia
4,5 miliar tahun. Komet tersebut terbentuk dari susunan debu dan es.
Sukses pendaratan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) ini mendapat pujian dari banyak pihak. Mulai dari ilmuwan antariksa, astrobiologi, NASA, sampai Stephen Hawking. Mereka terkesan dengan misi ini dan berharap akan ada temuan baru yang bisa dipelajari lebih dalam untuk memahami misteri pembentukan tata surya. Tepuk tangan pun bergema tidak hanya di kantor ESA tapi juga di dunia maya.
Mendaratnya Philae di komet memang menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu dalam dunia ilmu pengetahuan. Meski ukurannya kecil, perangkat itu telah dilengkapi dengan berbagai macam alat penelitian. Mulai dari kamera, alat bor, detektor medan magnetik, sampai radar untuk bisa melihat sisi terdalam komet.
Ada Apa di Komet?
“Mengapa komet sangat menarik? Karena mereka belum pernah dijamah dan terus menjadi misteri sejak lahirnya sistem tata surya kita.
Sukses pendaratan oleh Badan Antariksa Eropa (ESA) ini mendapat pujian dari banyak pihak. Mulai dari ilmuwan antariksa, astrobiologi, NASA, sampai Stephen Hawking. Mereka terkesan dengan misi ini dan berharap akan ada temuan baru yang bisa dipelajari lebih dalam untuk memahami misteri pembentukan tata surya. Tepuk tangan pun bergema tidak hanya di kantor ESA tapi juga di dunia maya.
Mendaratnya Philae di komet memang menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu dalam dunia ilmu pengetahuan. Meski ukurannya kecil, perangkat itu telah dilengkapi dengan berbagai macam alat penelitian. Mulai dari kamera, alat bor, detektor medan magnetik, sampai radar untuk bisa melihat sisi terdalam komet.
Ada Apa di Komet?
“Mengapa komet sangat menarik? Karena mereka belum pernah dijamah dan terus menjadi misteri sejak lahirnya sistem tata surya kita.
Dengan menggalinya lebih
dalam, Philae bisa memberitahukan kepada kita berapa suhu udara ketika komet
terbentuk. Ini memang membosankan, namun seiring dengan berjalannya waktu,
penemuan kecil seperti ini bisa menuntun kita pada sejarah pembentukan tata surya,”
kata ahli astrobiologi dari University of Leicester, Dr. Lewis Dartnell,
seperti dikutip dariTelegraph.
Menurut Dartnell, Philae diharapkan bisa memecahkan solusi dari teori Panspermia yang selama ini diperdebatkan. Dalam teori itu, banyak ilmuwan yang percaya bahwa kehidupan di bumi berasal dari komet. Versi terbaru dari teori itu menyebut jika molekul organik kompleks yang membentuk kehidupan terbawa ke Bumi dengan menumpang komet.
“Dari sudut pandang ini, sebagai ahli astrobiologi, ini sangat menarik. Kita akan bisa melihat secara langsung tingkat kompleksitas molekul. Apakah hanya senyawa kimia yang dinamis, amonia, methane, dan methyl alcohol, atau ada senyawa kompleks lain seperti amino acids dan nucleic acid, pembangun blok protein dan DNA?” katanya.
Jika senyawa itu ditemukan, atau senyawa lain yang lebih kompleks, maka secara tidak langsung ini menjelaskan jika kehidupan di bumi cukup mudah untuk diciptakan. Jika kehidupan cukup mudah diciptakan maka kemungkinan besar kita bisa menemukan kehidupan lain di suatu planet dimana saja, suatu saat nanti.
Dr Matt Taylor, ilmuwan project misi Rosetta dari ESA mengatakan jika perangkat yang ada di Rosetta, seperti detektor kimia, telah mendeteksi kimia organik yang ada di sekitaran komet. Menurut dia, ada bau-bauan tidak enak di sana, campuran urin dan alkohol dan beberapa bau sulfur yang tidak enak. “Ini sesuatu yang berbau kehidupan,” ujarnya.
Setelah mendarat di komet 67P, Philae memiliki waktu 2,5 hari untuk mengumpulkan data permukaan komet. Setelah itu, dia akan berdiam untuk mengisi ulang daya dengan mengandalkan panel surya dan mengirimkan data kembali sampai Maret tahun depan, ketika matahari memunculkan panasnya yang hebat dan membakar Philae. Sementara Rosetta masih akan mengorbit di komet itu sampai akhir tahun depan.
Menurut Dartnell, Philae diharapkan bisa memecahkan solusi dari teori Panspermia yang selama ini diperdebatkan. Dalam teori itu, banyak ilmuwan yang percaya bahwa kehidupan di bumi berasal dari komet. Versi terbaru dari teori itu menyebut jika molekul organik kompleks yang membentuk kehidupan terbawa ke Bumi dengan menumpang komet.
“Dari sudut pandang ini, sebagai ahli astrobiologi, ini sangat menarik. Kita akan bisa melihat secara langsung tingkat kompleksitas molekul. Apakah hanya senyawa kimia yang dinamis, amonia, methane, dan methyl alcohol, atau ada senyawa kompleks lain seperti amino acids dan nucleic acid, pembangun blok protein dan DNA?” katanya.
Jika senyawa itu ditemukan, atau senyawa lain yang lebih kompleks, maka secara tidak langsung ini menjelaskan jika kehidupan di bumi cukup mudah untuk diciptakan. Jika kehidupan cukup mudah diciptakan maka kemungkinan besar kita bisa menemukan kehidupan lain di suatu planet dimana saja, suatu saat nanti.
Dr Matt Taylor, ilmuwan project misi Rosetta dari ESA mengatakan jika perangkat yang ada di Rosetta, seperti detektor kimia, telah mendeteksi kimia organik yang ada di sekitaran komet. Menurut dia, ada bau-bauan tidak enak di sana, campuran urin dan alkohol dan beberapa bau sulfur yang tidak enak. “Ini sesuatu yang berbau kehidupan,” ujarnya.
Setelah mendarat di komet 67P, Philae memiliki waktu 2,5 hari untuk mengumpulkan data permukaan komet. Setelah itu, dia akan berdiam untuk mengisi ulang daya dengan mengandalkan panel surya dan mengirimkan data kembali sampai Maret tahun depan, ketika matahari memunculkan panasnya yang hebat dan membakar Philae. Sementara Rosetta masih akan mengorbit di komet itu sampai akhir tahun depan.
Menurut pihak ESA, sejatinya, Rosetta mampu mengirimkan
data-data yang dibutuhkan untuk meneliti komet. Tanpa Philae mendarat di
permukaan, ilmuwan bisa mengumpulkan banyak data tentang komet dan atmosfir
sekitar. Namun itu dirasa tidak cukup karena Rosetta hanya bisa mengumpulkan
data mengenai keadaan sekitar. Sedangkan Philae bisa menggali lebih dalam.
Dengan menggunakan 10 peralatan yang dibawa, penelitian komposisi fisik dan
kimia lebih dimungkinkan.
Menurut laman ESA, sejatinya ada ratusan komet yang terbang di
sekitar tata surya. Semuanya memiliki potensi untuk ‘dikuntit’ oleh Rosetta.
Namun yang mereka cari adalah komet yang mengorbit secara aktif dan reguler di
matahari. Mereka harus mengikuti jalur orbit dekat bidang ekliptika sehingga
pertemuan dengan Rosetta bisa dilakukan dan survei bisa dilakukan dalam waktu
yang panjang. Yang terpenting, pendaratan bisa dengan mudah dilakukan.
Selain itu, menurut ESA, penerbangan komet ke dalam tata surya harus bertepatan dengan waktu misi Rosetta sehingga keduanya bisa bertemu dalam waktu yang tepat dan ‘berjodoh’. Sejatinya, komet yang menjadi incara Rosetta adalah 46P/Wirtanen. Namun peluncuran Rosetta sempat mengalami penundaan sehingga ESA harus mencari komet regular lain dalam tata surya. Dipilihlah 67P/ Churyumov-Gerasimenko.
Komet 67P ditemukan oleh Klim Ivanovych Churyumov and Svetlana Ivanovna Gerasimenko pada 1969. Riwayatnya, melansir situs ESA, disebutkan pada tahun 1969 beberapa astronom dari Kiev, Ukrania (saat itu Uni Soviet) mengunjungi Alma-Ata Astrophysical Institute di Kazakhstan, untuk survei komet. Pada 20 September, Klim Churyumov memeriksa foto komet 32P/Comas Sola yang diambil oleh Svetlana Gerasimenko. Setelah pulang ke Kiev, Churyumov mempelajari gambar tersebut dengan sangat teliti dan ia menyadari yang ditemukan itu adalah komet baru.
Ternyata, selama rentang pengamatan, komet 67P telah berdekatan dengan matahari pada 1969, 1976, 1982, 1989, 1996, 2002 dan 2009. Suhu komet itu diketahui -70 derajat celcius, sebagai perbandingan suhu Kutub Selatan bumi pada musim dingin rata-rata mencapai -60 derajat celcius.
Selain itu, menurut ESA, penerbangan komet ke dalam tata surya harus bertepatan dengan waktu misi Rosetta sehingga keduanya bisa bertemu dalam waktu yang tepat dan ‘berjodoh’. Sejatinya, komet yang menjadi incara Rosetta adalah 46P/Wirtanen. Namun peluncuran Rosetta sempat mengalami penundaan sehingga ESA harus mencari komet regular lain dalam tata surya. Dipilihlah 67P/ Churyumov-Gerasimenko.
Komet 67P ditemukan oleh Klim Ivanovych Churyumov and Svetlana Ivanovna Gerasimenko pada 1969. Riwayatnya, melansir situs ESA, disebutkan pada tahun 1969 beberapa astronom dari Kiev, Ukrania (saat itu Uni Soviet) mengunjungi Alma-Ata Astrophysical Institute di Kazakhstan, untuk survei komet. Pada 20 September, Klim Churyumov memeriksa foto komet 32P/Comas Sola yang diambil oleh Svetlana Gerasimenko. Setelah pulang ke Kiev, Churyumov mempelajari gambar tersebut dengan sangat teliti dan ia menyadari yang ditemukan itu adalah komet baru.
Ternyata, selama rentang pengamatan, komet 67P telah berdekatan dengan matahari pada 1969, 1976, 1982, 1989, 1996, 2002 dan 2009. Suhu komet itu diketahui -70 derajat celcius, sebagai perbandingan suhu Kutub Selatan bumi pada musim dingin rata-rata mencapai -60 derajat celcius.
Komet ini mengorbit matahari setiap 6,4 tahun sekali. Menurut
pengukuran Teleskop Hubble, komet 67P memiliki dimensi panjang 4,98 Km, lebar
2,8 km, tinggi 2,89 km. ESA menggambarkan tinggi komet itu melebihi Gunung
Fuji, Jepang yang memiliki ketinggian 3776 meter dan Gunung Olympus, Yunani
dengan ketinggian 2917 meter.
Bentuk komet ini dianggap seperti bebek sebab memiliki dua benjolan besar pada tubuhnya. Benjolan kecil dianggap sebagai kepala dan benjolan besar dianggap sebagai tubuh. Sementara bagian antara kepala dan tubuh bebek dianggap sebagai leher. Untuk diketahui lokasi pendaratan Robot Philea berada di zona Agilkia yang berada di kepala komet.
Bentuk komet ini dianggap seperti bebek sebab memiliki dua benjolan besar pada tubuhnya. Benjolan kecil dianggap sebagai kepala dan benjolan besar dianggap sebagai tubuh. Sementara bagian antara kepala dan tubuh bebek dianggap sebagai leher. Untuk diketahui lokasi pendaratan Robot Philea berada di zona Agilkia yang berada di kepala komet.
Sumber: BBC news
No comments:
Post a Comment