CNG.online - Jalan Tol Bali Mandara adalah jalan tol pertama
di Provinsi Bali, Indonesia. Jalan Tol Bali Mandara menghubungkan Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. Jalan tol ini memiliki panjang total 12,7 km dan
sebagian besar berada di atas laut. Jalan tol ini diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 23 September 2013 di Bali. Pada KTT APEC di
Bali, jalan tol ini juga dilalui oleh beberapa pemimpin negara.
Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan)
adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan
lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk
menikmatinya, para pengguna jalan tol harus membayar sesuai tarif yang berlaku. Penetapan tarif
didasarkan pada golongan kendaraan. Bangunan atau fasilitas di mana tol
dikumpulkan dapat disebut pintu
tol, rumah tol, plaza tol atau di Indonesia lebih dikenal
sebagai gerbang
tol. Bangunan ini biasanya ditemukan di dekat pintu keluar, di
awal atau akhir jembatan (misal: Jembatan Suramadu), dan ketika Anda memasuki
suatu jalan layang.
Di Indonesia, jalan tol sering dianggap sinonim untuk jalan bebas hambatan,
meskipun hal ini sebenarnya salah. Di dunia secara keseluruhan, tidak semua
jalan bebas hambatan memerlukan bayaran. Jalan bebas hambatan seperti ini
dinamakan freeway atau expressway (free berarti "gratis",
dibedakan dari jalan-jalan bebas hambatan yang memerlukan bayaran yang
dinamakan tollway atau tollroad (kata toll berarti "biaya").
Direktur
Pengembangan Usaha PT Jasa Marga (Persero) Abdul Hadi mengatakan bahwa jalan
tol Ngurah Rai-Nusa Dua-Tanjung Benoa, yang dibangun guna menyambut APEC,
merupakan jembatan tol terpanjang di Indonesia.
Jembatan tol ini sebenarnya adalah jalan tol yang menghubungkan Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. "Disebut jembatan tol karena 90 persen terbentang di atas laut," ujar Hadi di Bali, Senin, 10 Juni 2013.
Menurut Hadi, pembangunan jembatan ini kurang dari target yang sudah dirancang oleh Jasa Marga, yang semula ditargetkan selesai dalam waktu 18 bulan ternyata sudah bisa rampung dalam waktu 14 bulan. Hal ini disebabkan dalam proses pengerjaan banyak kemudahan sehingga bisa mempercepat proyek.
"Waktu perencanaan, ada palung-palung di bawah laut yang kami kira akan memperlama proses pengerjaan, ternyata ada teknologi khusus yang bisa mempersingkat hal tersebut sehingga waktu pengerjaan berkurang," ujar Ibnu Purna Muchtar, Komisaris PT Jasa Marga.
Lebih lanjut Ibnu mengatakan bahwa jembatan tol ini juga merupakan bukti nyata sinergi BUMN, Pemerintah Provinsi Bali, dan Pemerintah Kabupaten Badung dalam bentuk konsorsium yang tergabung dalam PT Jasamarga Bali Tol.
"Susunan kepemilikannya adalah 60 persen PT Jasa Marga, 20 persen PT Pelindo III, 10 persen PT Angkasa Pura I, 10 persen PT Wijaya Karya, 5 persen PT Adhi Karya, 2 persen PT Hutama Karya, dan 2 persen Pemprov Bali serta Pemerintah Kabupaten Badung," ujar Ibnu.
Saat ini, perkembangan pembangunan jalan tol ini sudah memasuki tahap finishing dan tinggal menunggu uji kelaikan yang akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Jembatan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Tanjung Benoa menghubungkan kawasan Nusa Dua di selatan Pulau Bali dengan kawasan Pelabuhan Benoa di Kecamatan Denpasar Selatan. Proyek senilai Rp 2,4 triliun itu juga akan tersambung dengan akses jalan menuju Bandara Internasional Ngurah Rai.
Jembatan tol ini terdiri atas empat ruas tol dan memiliki panjang sekitar 12,7 kilometer. Konstruksi tol 10 kilometer berdiri di atas laut dan sekitar 2 kilometer di atas tanah darat. Lebar jalan utama tol itu hampir sepanjang 26 meter ditambah 4-5 meter untuk sepeda motor.
Jembatan tol ini sebenarnya adalah jalan tol yang menghubungkan Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. "Disebut jembatan tol karena 90 persen terbentang di atas laut," ujar Hadi di Bali, Senin, 10 Juni 2013.
Menurut Hadi, pembangunan jembatan ini kurang dari target yang sudah dirancang oleh Jasa Marga, yang semula ditargetkan selesai dalam waktu 18 bulan ternyata sudah bisa rampung dalam waktu 14 bulan. Hal ini disebabkan dalam proses pengerjaan banyak kemudahan sehingga bisa mempercepat proyek.
"Waktu perencanaan, ada palung-palung di bawah laut yang kami kira akan memperlama proses pengerjaan, ternyata ada teknologi khusus yang bisa mempersingkat hal tersebut sehingga waktu pengerjaan berkurang," ujar Ibnu Purna Muchtar, Komisaris PT Jasa Marga.
Lebih lanjut Ibnu mengatakan bahwa jembatan tol ini juga merupakan bukti nyata sinergi BUMN, Pemerintah Provinsi Bali, dan Pemerintah Kabupaten Badung dalam bentuk konsorsium yang tergabung dalam PT Jasamarga Bali Tol.
"Susunan kepemilikannya adalah 60 persen PT Jasa Marga, 20 persen PT Pelindo III, 10 persen PT Angkasa Pura I, 10 persen PT Wijaya Karya, 5 persen PT Adhi Karya, 2 persen PT Hutama Karya, dan 2 persen Pemprov Bali serta Pemerintah Kabupaten Badung," ujar Ibnu.
Saat ini, perkembangan pembangunan jalan tol ini sudah memasuki tahap finishing dan tinggal menunggu uji kelaikan yang akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Jembatan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Tanjung Benoa menghubungkan kawasan Nusa Dua di selatan Pulau Bali dengan kawasan Pelabuhan Benoa di Kecamatan Denpasar Selatan. Proyek senilai Rp 2,4 triliun itu juga akan tersambung dengan akses jalan menuju Bandara Internasional Ngurah Rai.
Jembatan tol ini terdiri atas empat ruas tol dan memiliki panjang sekitar 12,7 kilometer. Konstruksi tol 10 kilometer berdiri di atas laut dan sekitar 2 kilometer di atas tanah darat. Lebar jalan utama tol itu hampir sepanjang 26 meter ditambah 4-5 meter untuk sepeda motor.
No comments:
Post a Comment