Meskipun saat mata terlelap, otak sebenarnya tetap aktif.
CNG.online: - Studi terbaru yang dilakukan ilmuwan saraf di Ecole Normale Supérieure, Paris, Prancis, menemukan bahwa sel-sel otak justru belajar lebih banyak saat tubuh tertidur dan bisa memberikan respons atau solusi yang lebih baik terhadap permasalahan yang dihadapi, saat terbangun.
Untuk melakukan studi tersebut, para peneliti membandingkan aktivitas otak dari 18 pria dan wanita, melalui alat electroencephalogram (EEG).
Aktivitas otak dimonitor ketika mereka terjaga, juga saat terlelap. Saat terjaga, otak dikondisikan tetap aktif dengan serangkaian tugas, seperti mengingat kata-kata tertentu, dan kemudian mengasosiasikan kata-kata tersebut dengan kategori tertentu lewat tombol berbeda.
Di studi kedua, para ilmuwan menempatkan partisipan di ruangan yang lebih gelap untuk mengundang kantuk, lalu mereka diminta melakukan hal serupa. Setelah itu, partisipan diminta beristirahat dan melakukan hal yang sama di keesokan hari.
Hasilnya, partisipan melakukan asosiasi lebih akurat dan lebih cepat di ruangan gelap dan pada hari kedua.
“Dari penelitian ini, kita bisa membuktikan bahwa otak manusia mempelajari masalah dan memecahkannya dengan lebih baik saat tubuh tertidur. Ketika terbangun, otak bisa memberikan solusi yang lebih efektif,” papar Sid Kouider, ketua peneliti, dilansir Daily Mail.
Selanjutnya, Kouider juga menjelaskan bahwa sebenarnya otak tidak masuk dalam zona limbo ketika tubuh tertidur. Sebaliknya, ada bagian-bagian dari otak yang secara rutin memproses materi dan informasi yang ditangkap tubuh selama terjaga, lalu menyediakan respons yang relevan saat tubuh terbangun.
Bahaya Tidur Tengkurap Bagi Penderita Epilepsi.
-Penelitian mengambil data dari 253 kasus kematian mendadak.
Penelitian menunjukkan bahwa, mereka yang menderita epilepsi dan tidur di perut mereka berada pada risiko kematian. Epilepsi adalah gangguan otak yang menyebabkan kejang-kejang dan mempengaruhi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.
"Kematian yang tak terduga merupakan penyebab utama kematian penderita epilepsi dan biasanya terjadi saat tidur," kata James Tao dari University of Chicago Illinois, seperti dilansir laman Times of India.
Untuk penelitian ini, para peneliti melihat dari 25 penelitian yang mencakup 253 kasus kematian mendadak yang tak terduga di mana posisi tubuh terekam. Studi ini menemukan bahwa 73 persen dari kasus meninggal dalam posisi tidur di perut, sedangkan 27 persen meninggal dalam posisi tidur lainnya.
Orang yang lebih muda dari 40 tahun, empat kali lebih mungkin meninggal pada posisi tidur di perut, daripada orang yang berumur lebih dari 40 tahun. Sebanyak 11 kasus kematian mendadak terjadi ketika orang-orang sedang dipantau dan posisi tidur mereka terekam.
Mirip dengan kasus bayi, orang dewasa sering memiliki gangguan kemampuan untuk bangun setelah kejang, terutama kejang pada umunya.
"Temuan kami menyoroti strategi penting untuk mencegah kematian mendadak yang tak terduga dalam epilepsi. Menggunakan jam atau alarm yang didesain untuk mendeteksi kejang saat tidur, juga membantu mencegah kematian," kata Tao. Penelitian ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Neurology.
CNG.online: - Studi terbaru yang dilakukan ilmuwan saraf di Ecole Normale Supérieure, Paris, Prancis, menemukan bahwa sel-sel otak justru belajar lebih banyak saat tubuh tertidur dan bisa memberikan respons atau solusi yang lebih baik terhadap permasalahan yang dihadapi, saat terbangun.
Untuk melakukan studi tersebut, para peneliti membandingkan aktivitas otak dari 18 pria dan wanita, melalui alat electroencephalogram (EEG).
Aktivitas otak dimonitor ketika mereka terjaga, juga saat terlelap. Saat terjaga, otak dikondisikan tetap aktif dengan serangkaian tugas, seperti mengingat kata-kata tertentu, dan kemudian mengasosiasikan kata-kata tersebut dengan kategori tertentu lewat tombol berbeda.
Di studi kedua, para ilmuwan menempatkan partisipan di ruangan yang lebih gelap untuk mengundang kantuk, lalu mereka diminta melakukan hal serupa. Setelah itu, partisipan diminta beristirahat dan melakukan hal yang sama di keesokan hari.
Hasilnya, partisipan melakukan asosiasi lebih akurat dan lebih cepat di ruangan gelap dan pada hari kedua.
“Dari penelitian ini, kita bisa membuktikan bahwa otak manusia mempelajari masalah dan memecahkannya dengan lebih baik saat tubuh tertidur. Ketika terbangun, otak bisa memberikan solusi yang lebih efektif,” papar Sid Kouider, ketua peneliti, dilansir Daily Mail.
Selanjutnya, Kouider juga menjelaskan bahwa sebenarnya otak tidak masuk dalam zona limbo ketika tubuh tertidur. Sebaliknya, ada bagian-bagian dari otak yang secara rutin memproses materi dan informasi yang ditangkap tubuh selama terjaga, lalu menyediakan respons yang relevan saat tubuh terbangun.
Bahaya Tidur Tengkurap Bagi Penderita Epilepsi.
-Penelitian mengambil data dari 253 kasus kematian mendadak.
Penelitian menunjukkan bahwa, mereka yang menderita epilepsi dan tidur di perut mereka berada pada risiko kematian. Epilepsi adalah gangguan otak yang menyebabkan kejang-kejang dan mempengaruhi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.
"Kematian yang tak terduga merupakan penyebab utama kematian penderita epilepsi dan biasanya terjadi saat tidur," kata James Tao dari University of Chicago Illinois, seperti dilansir laman Times of India.
Untuk penelitian ini, para peneliti melihat dari 25 penelitian yang mencakup 253 kasus kematian mendadak yang tak terduga di mana posisi tubuh terekam. Studi ini menemukan bahwa 73 persen dari kasus meninggal dalam posisi tidur di perut, sedangkan 27 persen meninggal dalam posisi tidur lainnya.
Orang yang lebih muda dari 40 tahun, empat kali lebih mungkin meninggal pada posisi tidur di perut, daripada orang yang berumur lebih dari 40 tahun. Sebanyak 11 kasus kematian mendadak terjadi ketika orang-orang sedang dipantau dan posisi tidur mereka terekam.
Mirip dengan kasus bayi, orang dewasa sering memiliki gangguan kemampuan untuk bangun setelah kejang, terutama kejang pada umunya.
"Temuan kami menyoroti strategi penting untuk mencegah kematian mendadak yang tak terduga dalam epilepsi. Menggunakan jam atau alarm yang didesain untuk mendeteksi kejang saat tidur, juga membantu mencegah kematian," kata Tao. Penelitian ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Neurology.
No comments:
Post a Comment