Berbagai pabrikan ramai-ramai membuka basis produksi di Indonesia. Besarnya kue pasar di Indonesia adalah alasan utama mereka buka dapur di Tanah Air. Negeri kepulauan Nusantara memiliki tak kurang dari 240 juta jiwa. Ditambah lagi, terus berkembangnya kelas menengah di Indonesia.
Kelas dengan pengeluaran rata-rata di atas US$2/per hari itu, jumlahnya mencapai 60 persen dari total populasi. Itu menurut catatan Bank Dunia pada 2010. Padahal di tahun 2003, jumlah kelas menengah Indonesia hanyalah 37,7 persen.
Fakta itu jelas menjadi isu yang seksi bagi investor atau produsen. Bagi kalangan bisnis, kelas menengah merupakan sasaran paling legit untuk digarap.
Dan, benar saja. Buktinya, industri mobil tanah air terus terdongkrak. Dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), bisa dibilang produksi mobil Indonesia selalu menggembirakan.
Pada 2011, total produksi mobil hanya 894.164 unit. Jumlah produksi itu menjadi 1.116.230 unit mobil pada 2012. Di tahun berikutnya, pabrikan mobil di Indonesia mampu mencetak 1.229.901 unit mobil. Produksi hanya turun sangat tipis di tahun 2014 menjadi 1.208.019 unit.
Sementara, untuk tahun ini, produksi mobil dalam negeri diperkirakan masih di kisaran 1,2 juta. Kondisi pelemahan dolar dan perekonomian domestik membuat pelaku industri tak berani menaruh ekspektasi tinggi.
Namun, bukan berarti kondisi itu mencerminkan industri otomotif bakal melesu. Nyatanya, pabrikan mobil di Indonesia tak melulu berproduksi untuk pasar dalam negeri. Tapi juga untuk pasar ekspor.
Masih menurut data Gaikindo, ekspor kendaraan utuh (completely built-up/ CBU) pada 2014 mencapai 202.273 unit, meningkat dari 170.907 unit pada 2013. Padahal, pada 2011 dan 2012 ekspor CBU hanya sebesar 107.932 dan 173.368 unit mobil.
Buka pabrik dan tambah kapasitas,
Lagi-lagi, fakta itu menjadi sebuah pemompa semangat produsen mobil untuk mempertajam penetrasi pasar mereka. Tak saja merek asal Jepang seperti Toyota, Daihatsu, Honda, Mitsubishi, atau Nissan. Pabrikan mobil asal Amerika seperti General Motors bahkan kepincut untuk membuka pabrik di Indonesia.
Terbaru, General Motors (GM) dan mitra bisnisnya di Tiongkok, SAIC Motor Corp akan segera mengumumkan pembangunan pabrik perakitan di Indonesia. Pabrik ini disebut-sebut sebagai pusat produksi mobil merek Wuling untuk pasar di wilayah Asia Tenggara.
Wuling merupakan merek yang sudah cukup mapan di Negeri Panda. Demi melebarkan sayap ke regional Asia Tenggara, mereka bakal merogoh kocek US$700 juta (Rp8,9 triliun) untuk bangun basis produksi di Indonesia.
Bahkan GM dan SAIC dikabarkan telah mengambil langkah untuk membeli properti di distrik industri di pinggiran Jakarta.
Mengutip Reuters, Minggu 1 Februari 2015, GM dan SAIC, berencana untuk memulai pembangunan pabrik perakitan Wuling pada Agustus 2015. Ditargetkan pabrik berkapasitas 150.000 unit itu bisa mulai produksi pada tahun 2017.
GM mengatakan kongsi SAIC-GM-Wuling, akan memiliki 80 persen saham dari perusahaan baru di Indonesia ini. Sementara sisanya, akan dikuasai oleh SAIC.
Dalam kongsi SAIC-GM-Wuling komposisi sahamnya terdiri dari 44 persen saham milik GM, 51,1 persen milik SAIC, dan Wuling memiliki 5,9 persen. Dengan begitu, saham GM di pabrik yang ada di Indonesia itu akan efektif menjadi 35 persen.
Ini jadi langkah besar pabrikan asal Paman Sam itu di Indonesia. Sebab, sebelumnya, GM sudah menancapkan pondasinya di Tanah Air. Pada 2013 lalu, GM telah menyatakan kesiapan operasional pabriknya yang ada di Bekasi, Jawa Barat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pabrik itu didedikasikan untuk memproduksi mobil Chevrolet Spin. Target produksinya, 40 ribu unit per tahun. Pabrik di atas lahan seluas 58.000 meter persegi itu, memakan investasi sekira US$150 juta.
Orang GM cukup bangga atas pendirian pabrik itu. Sebab, penjualan Chevrolet setahun sebelum peresmian pabrik, tumbuh hingga 17 persen dibanding tahun 2011.
Merek Jepang
Kalau GM saja berani investasi begitu besar, bagaimana dengan merek-merek asal Jepang. Jangan dulu ngomong Toyota dan Daihatsu yang menguasai separuh lebih pasar mobil penumpang di Indonesia.
Kita ambil contoh Nissan. Pada 8 Mei 2014 lalu, perusahaan otomotif yang berkantor pusat di Yokohama, Jepang ini meresmikan pendirian pabrik keduanya di Purwakarta.
Pabrik seluas 60.000 meter persegi ini memiliki fasilitas perakitan body, pengecatan, trim danchassis. Investasinya senilai 33 miliar yen. Dengan adanya pabrik ini, Nissan mampu meningkatkan kapasitas produksinya di Indonesia dari 100.000 unit menjadi 250.000 unit per tahun.
Pada awal produksi, pabrik baru ini akan didedikasikan untuk merakit mobil-mobil Datsun bagi konsumen di Indonesia.
Tren penambahan kapasitas produksi juga dilakukan oleh Honda, Mitsubishi, dan tentu saja pabrik-pabrik yang berafiliasi dengan Astra International: Toyota, Daihatsu, dan Izusu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Awal tahun ini, Honda berhasil membangun pabrik untuk meningkatkan kapsitas produksi dari 80 ribu menjadi 200 ribu unit per tahun. Pabrik di Karawang itu menelan investasi Rp3,1 triliun.
Mendekati akhir tahun lalu, tepatnya pertengahan September, Mitsubishi mengumumkan investasi Rp7,2 triliun. Duit itu digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi jadi 160 ribu unit per tahun. Dan, bakal terus ditingkatkan jadi 240 ribu unit per tahun.
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) pada awal tahun ini bakal punya pabrik dengan kapasitas awal 52.000 unit per tahun.
Jauh sebelum itu, di 2013 Toyota Group melalui PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menggelontorkan dana tak kurang dari Rp13 triliun (untuk lima tahun). Itu untuk penambahan kapasitas produksi pabrik I dan II di Karawang dari 110 ribu menjadi 130 ribu unit per tahun.
Total kapasitas produksi kedua pabrik ini akan menjadi 250 ribu unit pada awal 2014 dan bakal ditingkatkan menjadi 300.000 unit per tahun.
Melalui PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Toyota Group juga sudah membangun berbagai fasilitas produksi dan research and development (R&D) untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pabrik memiliki kapasitas produksi hingga 120 ribu unit per tahun dan akan ditambah hingga mencapai 460 unit per tahun.
Wajar jika Astra meningkatkan produksinya. Sebab, tiap tahun produksi beberapa merek yang diproduksi di Indonesia cukup laku di negara luar.
Seperti Kijang Inova yang terserap pasar Afrika Selatan hingga Pakistan. Merek lain yang diekspor TMMIN misalnya Lite Ace, Toyota Vios, SUV Toyota Rush, Toyota Agya, dan Toyota Yaris. Situs resminya menyebut ada sekitar 70 negara tujuan ekspor.
Memang, masuknya investasi itu jelas bakal menyerap tenaga kerja. Yang artinya, bakal memutar roda perekonomian. Namun, ada yang patut kita pertanyakan. Akankah produsen mobil itu mau mentransfer teknologi mesin mutakhir ke anak bangsa? Atau kita hanya sanggup menonton mereka mempecundangi Indonesia sebagai pasar semata.?
Orang GM cukup bangga atas pendirian pabrik itu. Sebab, penjualan Chevrolet setahun sebelum peresmian pabrik, tumbuh hingga 17 persen dibanding tahun 2011.
Merek Jepang
Kalau GM saja berani investasi begitu besar, bagaimana dengan merek-merek asal Jepang. Jangan dulu ngomong Toyota dan Daihatsu yang menguasai separuh lebih pasar mobil penumpang di Indonesia.
Kita ambil contoh Nissan. Pada 8 Mei 2014 lalu, perusahaan otomotif yang berkantor pusat di Yokohama, Jepang ini meresmikan pendirian pabrik keduanya di Purwakarta.
Pabrik seluas 60.000 meter persegi ini memiliki fasilitas perakitan body, pengecatan, trim danchassis. Investasinya senilai 33 miliar yen. Dengan adanya pabrik ini, Nissan mampu meningkatkan kapasitas produksinya di Indonesia dari 100.000 unit menjadi 250.000 unit per tahun.
Pada awal produksi, pabrik baru ini akan didedikasikan untuk merakit mobil-mobil Datsun bagi konsumen di Indonesia.
Tren penambahan kapasitas produksi juga dilakukan oleh Honda, Mitsubishi, dan tentu saja pabrik-pabrik yang berafiliasi dengan Astra International: Toyota, Daihatsu, dan Izusu.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Awal tahun ini, Honda berhasil membangun pabrik untuk meningkatkan kapsitas produksi dari 80 ribu menjadi 200 ribu unit per tahun. Pabrik di Karawang itu menelan investasi Rp3,1 triliun.
Mendekati akhir tahun lalu, tepatnya pertengahan September, Mitsubishi mengumumkan investasi Rp7,2 triliun. Duit itu digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi jadi 160 ribu unit per tahun. Dan, bakal terus ditingkatkan jadi 240 ribu unit per tahun.
PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) pada awal tahun ini bakal punya pabrik dengan kapasitas awal 52.000 unit per tahun.
Jauh sebelum itu, di 2013 Toyota Group melalui PT Toyota Astra Motor (TAM) dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menggelontorkan dana tak kurang dari Rp13 triliun (untuk lima tahun). Itu untuk penambahan kapasitas produksi pabrik I dan II di Karawang dari 110 ribu menjadi 130 ribu unit per tahun.
Total kapasitas produksi kedua pabrik ini akan menjadi 250 ribu unit pada awal 2014 dan bakal ditingkatkan menjadi 300.000 unit per tahun.
Melalui PT Astra Daihatsu Motor (ADM), Toyota Group juga sudah membangun berbagai fasilitas produksi dan research and development (R&D) untuk meningkatkan kapasitas produksi. Pabrik memiliki kapasitas produksi hingga 120 ribu unit per tahun dan akan ditambah hingga mencapai 460 unit per tahun.
Wajar jika Astra meningkatkan produksinya. Sebab, tiap tahun produksi beberapa merek yang diproduksi di Indonesia cukup laku di negara luar.
Seperti Kijang Inova yang terserap pasar Afrika Selatan hingga Pakistan. Merek lain yang diekspor TMMIN misalnya Lite Ace, Toyota Vios, SUV Toyota Rush, Toyota Agya, dan Toyota Yaris. Situs resminya menyebut ada sekitar 70 negara tujuan ekspor.
Memang, masuknya investasi itu jelas bakal menyerap tenaga kerja. Yang artinya, bakal memutar roda perekonomian. Namun, ada yang patut kita pertanyakan. Akankah produsen mobil itu mau mentransfer teknologi mesin mutakhir ke anak bangsa? Atau kita hanya sanggup menonton mereka mempecundangi Indonesia sebagai pasar semata.?
No comments:
Post a Comment