CNG.online: - Jakarta Penyemaian partikel itu diklaim tak berdampak pada lingkungan.
Untuk mengurangi potensi banjir di Jakarta, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merekomendasikan langkah memodifikasi hujan.
Untuk menempuh langka mitigasi ini, BPPT menyebarkan partikel kimia halus berupa NhCl atau CaCl2 ke awan, dengan tujuan mengurangi air hujan yang jatuh ke Jakarta.
BPPT menyebutkan kadar partikel yang diletakkan di awan tergolong kecil, yaitu 2 mikron untuk awan mengganggu di Jakarta dan lebih besar 10-200 mikron untuk awan yang di luar Jabodetabek.
Kabid Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan, UPT Hujan Buatan BPPT, Tri Handoko Seto, Selasa, 10 Februari 2015 menegaskan, penyemaian partikel itu tak berdampak pada lingkungan.
"Selama melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC), nggak berefek. Pengalaman selama ini, baik sebelum dan sesudah TMC, tidak ada pengaruh pada kualitas air," ujarnya
Dengan tak ada pengaruh pada kualitas air, kata dia, berarti tidak ada pengaruh ke lingkungan, hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup lainnya.
Ia menjelaskan, sebelum memodifikasi hujan dan cuaca, BPPT telah mengkaji secara cermat, termasuk kandungan partikelnya yang disesuaikan dengan curah hujannya.
"Sudah kami ukur, sudah banyak riset, praktiknya sebelum teknologi modifikasi cuaca (TMC) kami ukur kandungan kimianya seperti apa," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, untuk memodifikasi hujan, BPPT menggunakan dua metode, sesuai dengan lokasi awan.
Jika awan berada di Jabodetabek, BPPT akan menyemaikan CaCl2 pada awan dengan menggunakan ground base generator, yang berlokasi di Bogor hingga Pantai Utara Jakarta. Sementara itu, dalam kasus awan di luar Jabodetabek, BPPT menggunakan pesawat untuk menyemai NhCl ke dalam awan.
Tujuan modifikasi itu ialah mengurangi curah hujan dan dengan demikian mengurangi potensi banjir besar di Jakarta.
Untuk mengurangi potensi banjir di Jakarta, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merekomendasikan langkah memodifikasi hujan.
Untuk menempuh langka mitigasi ini, BPPT menyebarkan partikel kimia halus berupa NhCl atau CaCl2 ke awan, dengan tujuan mengurangi air hujan yang jatuh ke Jakarta.
BPPT menyebutkan kadar partikel yang diletakkan di awan tergolong kecil, yaitu 2 mikron untuk awan mengganggu di Jakarta dan lebih besar 10-200 mikron untuk awan yang di luar Jabodetabek.
Kabid Pengkajian Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan, UPT Hujan Buatan BPPT, Tri Handoko Seto, Selasa, 10 Februari 2015 menegaskan, penyemaian partikel itu tak berdampak pada lingkungan.
"Selama melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC), nggak berefek. Pengalaman selama ini, baik sebelum dan sesudah TMC, tidak ada pengaruh pada kualitas air," ujarnya
Dengan tak ada pengaruh pada kualitas air, kata dia, berarti tidak ada pengaruh ke lingkungan, hewan, tumbuhan, dan makhluk hidup lainnya.
Ia menjelaskan, sebelum memodifikasi hujan dan cuaca, BPPT telah mengkaji secara cermat, termasuk kandungan partikelnya yang disesuaikan dengan curah hujannya.
"Sudah kami ukur, sudah banyak riset, praktiknya sebelum teknologi modifikasi cuaca (TMC) kami ukur kandungan kimianya seperti apa," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, untuk memodifikasi hujan, BPPT menggunakan dua metode, sesuai dengan lokasi awan.
Jika awan berada di Jabodetabek, BPPT akan menyemaikan CaCl2 pada awan dengan menggunakan ground base generator, yang berlokasi di Bogor hingga Pantai Utara Jakarta. Sementara itu, dalam kasus awan di luar Jabodetabek, BPPT menggunakan pesawat untuk menyemai NhCl ke dalam awan.
Tujuan modifikasi itu ialah mengurangi curah hujan dan dengan demikian mengurangi potensi banjir besar di Jakarta.
No comments:
Post a Comment